KenariMall.com

Selasa, 05 April 2016

saham

Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan[1]Dengan menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis - saham (efek ekuitas) - dengan imbalan uang tunai.[2] Ini adalah metode utama untuk meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi.[2] Saham dijual melalui pasar primer (primary market) atau pasar sekunder (secondary market).[3]

Riwayat saham[sunting | sunting sumber]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).[4] Saham preferen biasanya disebut sebagai saham campuran karena memiliki ciri-ciri hampir sama dengan saham biasa.[5] Biasanya saham biasa hanya memiliki satu jenis tapi dalam beberapa kasus terdapat lebih dari satu, tergantung dari kebutuhan perusahaan.[4] Saham biasa memiliki beberapa jenis, seperti kelas A, kelas B, kelas C, dan lainnya.[4] Masing-masing kelas dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri dan simbol huruf tidak memiliki arti apa-apa.[4]

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]

Saham preferen[sunting | sunting sumber]

Saham preferen memiliki ciri-ciri sebagai berikut:[5][6]
  • Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan ciri-ciri yang berbeda
  • Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari saham biasa dalam hal pembagian dividen
  • dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa
  • Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk

Saham biasa[sunting | sunting sumber]

Memiliki ciri-ciri:[5]
  • Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
  • Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
  • Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja

Kategori[sunting | sunting sumber]

Bila ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dikelompokkan menjadi :[1]
  1. Blue chip stocks, saham biasa yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin dalam industrinya, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen
  2. Income stocks, saham suatu emiten dengan kemampuan membayarkan dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya
  3. Growth stocks, terdiri dari well-known dan lesser-known
  4. Speculative stocks, saham secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi pada masa mendatang, namun belum pasti
  5. Cyclical stocks, saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum
  6. Emerging Growth Stocks, saham yang dikeluarkan oleh emiten yang relatif kecil dan stabil meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung
  7. Defensive Stocks, saham yang tetap stabil dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu dan resesi.

Aplikasi[sunting | sunting sumber]

Masyarakat dapat membeli saham biasa di bursa efek via broker. Di Indonesia, pembelian saham harus dilakukan atas kelipatan 100 lembar atau disebut juga dengan 1 lot.[7] Saham pecahan ( tidak bulat 100 lembar ) bisa diperjualbelikan secara over the counter.[7] Salah satu tujuan masyarakat untuk membeli saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan cara:[1]
  1. Meningkatnya nilai kapital (capital gain).
  2. Mendapatkan dividen.
Penawaran Saham Perusahaan kepada masyarakat pertama kali sebelum listing di bursa dinamakan Initial Public Offering(IPO), sedangkan jika sudah terdaftar (listing) dan perusahaan ingin menambah saham beredar dengan memberikan hak terlebih dahulu kepada pemegang saham lama untuk membeli-nya dinamakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau dikenal juga dengan sebutan Right Issue.
Beberapa perusahaan Indonesia melakukan dual listing saham di Bursa Efek Jakarta dan New York Stock Exchange. Saham yang diperjualbelikan di NYSE tersebut biasa dikenal dengan American Depositary Receipt(ADR). Harga saham, bisa naik atau pun turun, seiring dengan situasi dan kondisi yang ada. Seperti saat krisis moneter pada tanggal 15 September 1998, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga merupakan barometer saham di Indonesia terpuruk hingga mencapai nilai 292,12 poin.[8] Pada bulan September pula, IHSG mencapai nilai terendah yaitu 254 poin.[8] Hal ini menyebabkan saham-saham di dalam negeri menjadi under value.[8] Dalam periode 2002-2007, nilai IHSG telah pulih bahkan sudah beberapa kali memecahkan rekor. Contohnya pada tahun 2006 dan tahun 2007 IHSG memposisikan dirinya sebagai salah satu indeksyang memiliki kinerja terbaik dunia ( peringkat 2 setelah Cina, mencapai level 2.745,826 poin).[9]Pada tanggal 11 Desember 2007, IHSG mencapai level 2.810,262 poin sekaligus menorehkan sejarah sebagai level indeks tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.[9] Selain itu, IHSG mengalami peningkatan rata-rata tahunan sebesar 42,18% sebagai pergerakan indeks tertinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks di Asia.[9]

Mekanisme perdagangan saham di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Pertama yang perlu dilakukan adalah investor harus menjadi nasabah pada perusahaan efek dahulu.[10] Investor membuka rekening dengan membayarkan deposit sejumlah Rp 25 juta, sementara yang lain mewajibkan sebesar Rp 15 juta dan seterusnya.[10] Jumlah yang disetorkan bervariasi.[10] Pada dasarnya,batasan minimal atau jumlah nominal membeli saham tidak ada tapi di Bursa Efek Indonesia pembelian minimal 100 lembar atau 1 lot, misalnya harga saham perusahaan XYZ senilai Rp 100,00 maka dana minimal yang dibutuhkan untuk membeli satu lot sama dengan Rp 10.000,00 (100 lembar dikali Rp 100,00).[10] Transaksi penjualan atau pembelian dapat dilakukan pada Hari bursa.[10]

Tempat perdagangan[sunting | sunting sumber]

Tempat lain untuk membeli saham selain IDX/Indonesia Stock Exchange (Indonesia), yaitu Nasdaq/Nasdaq Stock Market(Amerika Serikat), NYSE/New York Stock Exchange (New York), SEAQ/Stock Exchange Automated Quotations ( London),Euronext (merger pasar saham antara negara ParisAmsterdam, dan Brussels), TSE/Tokyo Stock Exchange ( [Tokyo]]),SGX/Singapore Exchange (Singapura) dan tempat perdagangan lainnya (terdapat kurang lebih 69 tempat perdagangan/bursa saham di seluruh dunia).[11][12]

Jual kosong[sunting | sunting sumber]

Biasanya, hal pertama yang dilakukan oleh investor adalah membeli saham dan kemudian menjualnya.[13] Dengan jual kosong (short selling), yang terjadi adalah kebalikannya.[13] Pertama, saham dijual kemudian dibeli kembali.[13] Cara ini memungkinkan investor mendapatkan keuntungan dari penurunan harga saham.[13] Dilakukan dengan cara, investor meminjam suatu saham dari broker dan menjualnya.[13] Selanjutnya, short-seller harus membeli saham yang sama untuk menggantikan saham yang telah dipinjam.[13] Kegiatan ini disebut mengganti posisi kosong (covering short positiion).[13]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Darmadji, Tjiptono; Hendy, M, Fakhruddin. Pasar Modal di Indonesia. 2001. Indonesia. Salemba Empat. hal 8.
  2. ^ a b (Inggris) Dalton, M John. How The Stock Market Works. 3rd edition. 2001. United States of America. NYIF. Hal 1.
  3. ^ (Inggris)Brealey, A Richard; Stewart, C Myers; dan Alan, J Marcus. Fundamentals of Corporate Finance. 5th ed. 2007. McGraw-Hill. Hal 144
  4. ^ a b c d (Inggris)Eugene, F Brigham; Louis, C Gapenski. Intermediate Financial Management. 5th ed. 1996. United States of America. Dryden Press. hal 483
  5. ^ a b c (Inggris) Keown, J Arthur; et all. Financial Management. 10th edition. 2005. United States of America. Pearson Internation Education. hal 256-267
  6. ^ (Inggris)Eugene, F Brigham; Louis, C Gapenski. Intermediate Financial Management. 5th ed. 1996. United States of America. Dryden Press. hal 495-496.
  7. ^ a b Situs IDX .diakses pada tangal 22 Mei 2010
  8. ^ a b c Situs Seasite: Reformasi Krisis Ekonomidiakses pada tanggal 23 Mei 2010
  9. ^ a b c Situs Bapepam: Publikasi Pasar Modaldiakses pada tanggal 23 Mei 2010
  10. ^ a b c d e Situs IDX: Mekanisme Perdagangan.diakses pada tanggal 28 Mei 2010
  11. ^ (Inggris)Bodies Zvi. Alex Kane.and Alan J. Marcus.Investments.7th ed.2008.Singapore: McGraw Hill.hal 74-76
  12. ^ Situs Dmoz: Stocks and Bonds Exchanges.diakses pada tanggal 28 Mei 2010
  13. ^ a b c d e f g (Inggris) Bodies, Zvi; Alex, Kane; Alan, J Marcus. Investments. 7th ed. 2008. Singapore. McGraw Hill. hal 84

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


Sabtu, 02 April 2016

Mendapatkan Uang dari Aplikasi Mobile Melalui Iklan

Jika kita berbicara tentang iklan, maka pasti kita berbicara juga tentang advertiser(pemasang iklan) dan publisher (penerbit iklan). Advertiser memasang iklan dengan tujuan untuk mempromosikan sebuah merek, produk, atau layanan melalui iklan tersebut sedangkan publisher menerbitkan iklan dari advertiser untuk mendapatkan uang.
Karena artikel ini membahas tentang bagaimana cara memonetasikan aplikasimobile melalui iklan, maka saya akan membahas tentang iklan dari sisi publisher.Publisher juga adalah sebutan untuk pengembang aplikasi yang memasang iklan di aplikasinya.
Kebanyakan pengembang aplikasi saya yakin sudah mengetahui tentang iklan sebagai model monetasi. Namun, untuk benar-benar memaksimalkan penghasilan dari iklan perlu pengetahuan yang mendalam dan tidak semudah yang ada dipikiran kebanyakan pengembang aplikasi pemula. Ditambah lagi tiap model iklan memiliki strategi masing-masing untuk pemanfaatannya.

Istilah dalam Iklan

advertising
[ilustrasi oleh Shutterstock]
Sebelum lanjut mendalami tentang iklan, penting untuk memahami terlebih dahulu istilah-istilah yang digunakan dalam dunia periklanan di aplikasi mobile. Istilah-istilah ini mungkin akan membuat bingung pengembang aplikasi apalagi jika sebelumnya belum pernah berpengalaman di dunia iklan.
Selain istilah advertiser dan publisher yang sudah dijelaskan artinya di awal artikel ini, beberapa istilah yang sering dilihat di dunia iklan adalah sebagai berikut:
Audience
Seseorang atau sebuah grup yang ditargetkan oleh advertiser untuk iklannya. Audience biasanya diukur melalui seperti umur, jenis kelamin, profesi, dan kewarganegaraan.
Click-to-CallPengguna ponsel secara otomatis menginisiasikan panggilan telepon ke nomor tertentu ketika mengklik sebuah link di iklan.
Click-Through
Proses di mana pengguna ponsel diarahkan ke sebuah landing pageketika mengklik sebuah link di iklan.
Click-Through Rate (CTR)Cara untuk mengukur kesuksesan sebuah kampanye iklan di onlineataupun mobile. CTR dihitung dengan banyaknya pengguna yang mengklik iklan dibagi dengan berapa kali iklannya ditayangkan.
Cost Per Mille / Cost Per Thousand (CPM)
Harga yang dibayarkan olehadvertiser ke publisher untuk penayangan iklan sebanyak 1.000 kali.
Cost Per Click (CPC)
Harga yang dibayarkan oleh advertiser tiap satu klik di iklan oleh pengguna ponsel yang dihasilkan oleh publisher.
Effective Cost Per Thousand (eCPM)Sebuah ukuran yang merepresentasikan penghasilan yang dihasilkan dari berbagai kanal marketing. eCPM dihitung dengan total penghasilan dibagi dengan total impression dalam seribu.
Fill Rate
Persentase seberapa banyak iklan ditampilkan ke pengguna ponsel tiap iklan diminta oleh publisher.
Impression
Seberapa banyak iklan dilihat oleh pengguna
Landing Page
Halaman pertama yang dilihat oleh pengguna ponsel setelah mengklik sebuah iklan
Tracking
Cara untuk menilai performa sebuah aplikasi mobile atau kampanye iklan
Daftar istilah diatas didapatkan dari Adfonic dan MMA. Untuk melihat daftar istilah lebih lengkapnya, bisa melihat dokumen Mobile Marketing Industry Glossary dari MMA atau di situs Adfonic.

Model Iklan

Model iklan untuk aplikasi mobile saat ini sudah berbagai macam bentuknya mulai dari model banner biasa hingga offer wall. Beberapa model iklan untuk aplikasimobile ada yang mengikuti standar iklan dari Mobile Marketing Association (MMA) namun ada juga model iklan yang tidak mengikuti standar tergantung dari penyedia layanan iklannya.
Format iklan yang umum digunakan saat ini biasanya berformat teks, gambar, video, aplikasi, atau HTML. Tiap format iklan biasanya masing-masing lebih sering digunakan untuk model iklan tertentu misal teks dan gambar lebih sering digunakan di model iklan banner standar.
Agar pembahasan tidak terlalu lebar, mari kita telisik beberapa model iklan populer saja untuk saat ini yaitu: banner standar, interstitial banneroffer wall, dan floating banner.

Banner Standar

Banner standar adalah banner yang menutupi sebagian kecil area di aplikasi kita. Iklan model ini paling umum ditemukan di aplikasi mobile. Pemposisianbanner standar biasanya di letakkan di bagian bawah atauapun bagian atas sebuah aplikasi. Format iklan yang paling umum dalam banner standar adalah teks atau gambar.

Floating Banner

Mirip dengan banner standar namun perbedaan yang paling mencolok darifloating banner adalah banner-nya mengambang dan tetap muncul di suatu area tertentu dalam aplikasi walaupun pengguna aplikasinya melakukan operasiscrolling. Biasanya, floating banner dapat ditutup secara otomatis setelah sekian waktu atau ditutup secara manual oleh pengguna aplikasi.

Interstitial Banner

Interstitial banner saat ini sedang populer di banyak layanan penyedia iklan, hal ini dikarenakan intestitial banner dikabarkan menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar bagi pengembang aplikasi dibandingkan model lainnya.Interstitial banner biasanya muncul ketika terjadi transisi dalam sebuah aplikasi. Format iklan yang biasa ditemukan dalam interstitial banner adalah gambar, video, atau HTML.

Offer Wall

Bagi yang sering memainkan game di ponsel pintar semacam iOS atau Android. Kemungkinan besar pernah mendapatkan offer wall ketika bermain game. Offer wall adalah model iklan di mana terdapat sebuah daftar yang biasanya berisi aplikasi-aplikasi yang dapat diunduh oleh pengguna aplikasi untuk mendapatkan suatu hadiah.

Format Iklan
Beberapa format iklan populer (dari kiri ke kanan): banner standar, interstitial banner, offer wall, floating banner
Untuk melihat lebih detail tentang model-model iklan yang ada saat ini, bisa dilihat diMobileTheoryFlurry, atau di MMA.

Strategi Meraup Untung dari Iklan

Dua hal yang menjadi poin paling penting untuk diperhatikan dalam memaksimalkan pendapatan dari iklan menurut saya adalah: jumlah pengguna baru dan jumlah pengguna aktif. Hal ini sebetulnya penting juga untuk model monetasi lain, namun untuk model iklan ini sangat penting.
Tiap kali pengguna mengklik sebuah iklan dalam aplikasi kita, biasanya pengembang aplikasi hanya mendapat sedikit uang per kliknya. Oleh karena itu untuk mengatasi hal ini, diperlukan banyak pengguna aplikasi kita agar dapat meraup pendapatan dalam jumlah yang besar.
Untuk dapat menarik banyak pengguna dan meningkatkan pengguna aktif, pengembang aplikasi dapat melakukan berbagai macam hal mulai dari promosi aplikasi, mendesain materi promo aplikasi semenarik mungkin, membuat aplikasinya secara berkualitas, hingga terus memperbaharui aplikasinya.
Beberapa poin penting lainnya yang harus diperhatikan untuk iklan adalah pemposisian iklan, penyedia layanan iklan yang digunakan, dan konten iklan itu sendiri. Untuk melihat seberapa penting pemposisian iklan, mari kita lihat kasus di bawah ini:
Kasus 1: Iklan interstitial banner ditempatkan ketika terjadi transisi dari menu utama ke menu berikutnya
Kasus 2: Iklan interstitial banner ditempatkan ketika pengguna menutup aplikasi
Dari kedua kasus di atas, saya yakin kasus 1 akan menghasilkan jumlah penampilan iklan yang lebih banyak dibanding kasus 2. Hal ini karena pengguna ponsel jarang menutup aplikasi secara manual dari dalam aplikasi, terutama untuk Android di mana pengguna cukup menekan tombol home pada ponsel untuk keluar dari aplikasi sehingga iklan tidak sempat ditayangkan jika dipasang pada transisi penutupan aplikasi.
ad network
Untuk penyedia layanan iklan, pilih yang benar-benar dapat menyajikan banya iklan dan menampilkan iklan yang menarik sehingga pengguna lebih mau untuk mengklik. Konten iklan yang ditampilkan pun sebisa mungkin disesuaikan dengan target pengguna, jangan aplikasinya tentang agama namun iklannya menampilkan konten dewasa.
Satu lagi yang perlu diperhatikan adalah jangan terlalu mengeksploitasi iklan seperti menempatkan terlalu banyak iklan. Hal seperti ini akan membuat pengguna menjadi malas untuk menggunakan aplikasinya. Kasus ini mungkin tidak berlaku jika pengguna benar-benar sangat membutuhkan aplikasinya.
Sebagai referensi tambahan dan untuk berdiskusi tentang iklan (terutama bagi pengembang aplikasi Android), dapat mengunjungi forum Making Money with Android. Di situ banyak dibahas tentang iklan dan para pengembang aplikasi banyak yang berbagi pengalaman mereka.

Contoh Aplikasi: Paper Toss

Paper Toss, sebuah game keluaran Backflip Studios, sangat terkenal di awal-awal munculnya Android dan iOS. Model permainanannya sangat sederhana di mana pemain ditantang untuk melempar kertas yang diremas ke tong sampah. Untuk sedikit mempersulit pemain, terdapat kipas angin untuk mengganggu laju kertas yang dilempar.
Paper Toss terbukti sukses di pasar dan berhasil menarik banyak peminat. Untuk mengkonversi pemain Paper Toss menjadi pemasukan, Backflip Studios menggunakan iklan dari Google AdMob di dalam Paper Toss.
Model iklan yang digunakan oleh Backflip Studios adalah interstitial banner danbanner standar. Banner standar diletakkan di bagian atas tampilan ketika gameberlangsung sedangan interstitial banner diletakkan tiap pemain melakukan transisi dari tampilan permainan ke menu utama.

Paper TossPenempatan iklan di game Paper Toss
AdMob melaporkan bahwa pada tahun 2010, Backflip Studios sudah mendapatkan lebih dari $100.000 per bulannya melalui iklan dari AdMob dan bertanggung jawab untuk 50% dari total pendapatan yang didapatkan oleh Backflip Studios.
[ilustrasi iklan di awal artikel oleh Shutterstock]

Cara Upload Apk Kita Ke PlayStore

Saya masih sering ditanyakan oleh pengembang aplikasi Android tentang bagaimana caranya untuk daftar di Google Play sebagai pengembang aplikasi untuk kemudian merilis aplikasinya di Google Play. Sebetulnya caranya tidak sulit selama memiliki kartu kredit.

Registrasi di Google Play Developer Console

Pertama-tama kamu harus membuat akun di Google Play Developer Console, caranya adalah sebagai berikut:
  1. Masuk ke halaman web ini play.google.com/apps/publish
  2. Kamu akan diminta untuk login menggunakan akun Google kamu, jika belum memilikinya maka harus mendaftar terlebih dahulu.
  3. Kamu akan masuk ke bagian “Accept Developer Agreement”. Centang boks persetujuan perjanjian setelah kamu membaca detail perjanjiannya.
4.Setelahnya kamu akan diminta mengisi detail kartu kredit untuk membayar biaya registrasi sebesar $25 (sekitar Rp. 260.000). Biaya registrasi ini hanya perlu dibayar sekali saja.
5.Setelah detail kartu kredit terverifikasi dan pembayaran sudah dilakukan, kamu akan diminta untuk melengkapi detail akun kamu.
Itu saja langkah-langkah untuk registrasi sebagai pengembang aplikasi di Google Play. Tidak sulit bukan? Selama kamu memiliki kartu kredit tidak akan ada masalah. Setelah sukses melakukan registrasi, kamu dapat langsung mengaksesGoogle Play Developer Console kamu. Google Play Developer Console berfungsi sebagai tempat untuk melakukan hampir semua urusan mengunggah dan merilis aplikasi di Google Play.

Registrasi Akun Merchant Google Wallet

Registrasi di Google Play Developer Console saja sebetulnya belum cukup karena kamu hanya akan dapat merilis aplikasi gratis di Google Play. Agar kamu dapat merilis aplikasi berbayar dan menggunakan fitur in-app billing dari Google dalam aplikasi kamu, kamu harus membuat akun merchant Google Wallet melalui Google Play Developer Console.
Pembuatan akun merchant Google Wallet tidak dikenakan biaya dan proses registrasinya cepat. Berikut adalah langkah-langkahnya:
  1. Klik tautan “Set up a merchant account now” di menu “Settings” > “Account details” di Google Play Developer Console kamu.
  2. Isi detail data kamu untuk registrasi akun merchant Google Wallet. Seharusnya sebagian besar data yang diminta sudah terisi secara otomatis.
3.Registrasikan data kamu dan selanjutnya akun merchant Google Wallet kamu akan aktif.
Sekarang kamu sudah dapat merilis aplikasi berbayar dan menggunakan in-app billing. Jika kamu belum mengetahui apa itu in-app billing, bisa membaca artikel “Memahami In-App Purchase” yang pernah saya buat sebelumnya.

Merilis Aplikasi Android di Google Play

Setelah kita menyelesaikan semua proses registrasi, saatnya mencoba untuk merilis aplikasi Android yang kita buat ke Google Play. Sepengalaman saya, Google Play cukup cepat dalam merilis aplikasi baru dan sering hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja.
Untuk merilis aplikasi Android di Google Play, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Klik tombol “Publish an Android App on Google Play” di halaman utama Google Play Developer Console.
  2. Pilih “Default language” yang diinginkan beserta judul aplikasinya. Jika aplikasinya berbahasa Indonesia, pilih saja bahasa Indonesia untuk “Default language”.
  3. Klik tombol “Upload APK” dan lalu unggah file APK dari aplikasi kamu.
  4. Setelah sukses mengunggah file APK, sekarang masuk ke bagian “Store Listing” di detail aplikasi kamu untuk memasukkan informasi-informasi tentang aplikasi kamu.
  5. Sekarang tinggal mengeset apakah aplikasinya berbayar atau gratis dan di negara mana saja aplikasinya dapat diunduh. Perlu dicatat jika aplikasinya diset gratis, maka tidak dapat dirubah ke berbayar.
  6. Setelah bagian “APK”, “Store Listing”, dan “Pricing & Distribution” sudah tercentang hijau maka aplikasi kamu sudah bisa dirilis. Jika salah satu dari ketiga bagian tersebut masih tercentang abu-abu, cek bagian tersebut untuk mencari data apa yang kurang.



Gambar di atas hanya sebagai contoh, mohon jangan diikuti karena bagian “Store Listing” harus dibuat secara optimal dan menarik untuk dilihat :D. Jika bingung bagaimana caranya untuk membuat materi promosi yang bagus di Google Play untuk aplikasi yang kita buat, salah satu caranya adalah dengan melihat dan mempelajari materi promo di aplikasi-aplikasi Android lainnya yang tersedia di Google Play terutama aplikasi-aplikasi yang dirilis oleh publisher senior.
Selain materi promosi di Google Play harus didesain agar enak dilihat, materi promosi juga bagusnya diusahakan untuk dioptimalkan juga agar aplikasinya dapat dengan mudah ditemukan oleh pengguna. Hal ini biasanya disebut dengan App Store Optimization atau ASO. ASO tidak berbeda jauh dengan SEO sebetulnya di dunia pengembangan aplikasi web. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang ASO dapat membaca artikel di TeknoJurnal tentang ASO beberapa waktu lalu.
Google sendiri sudah merilis informasi mengenai apa saja yang perlu kamu perhatikan dalam merilis aplikasi Android di Google Play. Informasi tersebut bisa dilihat di situs resmi Android Developer.
Sekerang setelah mengetahui cara mendaftarkan aplikasi Android di Google Play, bagi yang belum mengerti cara membuat aplikasi Android bisa membaca artikel panduan membuat aplikasi Android untuk membantu pembelajaran dalam membuat aplikasi Android.


kekgiyak.com

kekgiyak.com
Toko Lingerie Murah terpercaya